Sabtu, 16 Agustus 2008

Izinkan Aku Bertutur (1)

Tarbiyah adalah seni membentuk manusia. Itu yang dikatakan al-Ustadz Nashih ‘Ulwan. Tarbiyah bukanlah proses untuk menghomogenitaskan manusia. Hari ini adalah hari ke dua puluh sembilan Bulan Juni 2004 M. Bertepatan dengan hari ke Sebelas Jumadil ‘Ula 1425 H. Pagi tadi seorang al-Akh datang dan meminta maaf bahwa bulan-bulan terakhir ini mungkin tidak akan dapat intens di KAMMI Daerah. Karena ingin fokus menyelesaikan kuliah dan merancang masa depan … begitu ceritanya … . Akh … Ghuroba …. Kulangsung melantunkan nasyid ini di dalam hati. Nasyid kesayanganku setelah Ribathul ukhuwah. Ane langsung ingat Murabbiku Pertama di UNRI. (Karena Murabbi pertamaku waktu SMU. Sekarang jadi adik iparku). Beliau pernah berkata,” Ane melihat antum lain. Antum akan berjalan tertatih menjalankan amanah sendirian atau dengan sangat sedikit rekan seperjuangan. Dan Antum akan terlalu cepat menjadi orang tua dan orang yang dituakan.”

Entahlah itu doa seorang guru, syekh dan panglima. Kata ikhwah yang lain bilang Insya 4JJI doanya Makbul. Kadangkala dalam merenung sendirian dan membuka kembali catatan-catatan kehidupan yang Ane buat kadangkala ada benarnya. Keluarga kami memang sudah terbiasa menuliskan catatan kehidupan untuk diwariskan ke generasi selanjutnya. Catatan harian almarhum kakek sekarang di simpan Ibunda Ane. Banyak pesan beliau yang menjadi pegangan hidup ane walaupun ane mati-matian membacanya. Habis pake huruf arab melayu. Model kuno lagi. Heh kualat lho ….

Mengenai menjalankan amanah yang dibebankan dakwah ini memang harus ada yang pergi dan ada yang datang. Semua berganti seperti hari berganti. Seperti perputaran siang dan malam. Namun, ane Ingat pesan Murabbi Ane yang kedua di UNRI. Ia berkata,” akh antum tahu tidak? Bahwa ketakutan yang sangat ane takutkan adalah bahwa tidak selamanya Ane akan bertahan di jalan dakwah ini.!” Inilah juga yang menjadi ketakutan Ane sampai saat ini. Apakah memang selamanya ane bertahan di jalan dakwah ini? Karena kehidupan yang husnul khotimah itu bukan diawal ataupun ditengah tetapi diakhir saat ajal menutupkan lembaran dan goresan kehidupan. Dikala waktu berhenti.

Bisa saja kita jadi mantan da’I. Namun betapa banyak yang menjadi mantan preman, pencuri, perampok akhirnya meninggal dalam keadaan Ridho dan di Ridhoi oleh 4JJI SWT. Itulah tarbiyah! Inilah pendidikan yang sebenarnya itu. Dalam dakwah ini kita bertemu dan dipertemukan oleh 4JJI. Semoga di jalan ini jugalah kita dipisahkan…. Semoga… Amien.

Sejujurnya Ane telah menyiapkan beberapa orang putra mahkota untuk melanjutkan estafet perjuangan dakwah siyasi di KAMMI Daerah Riau ini. Namun, semua seakan tercerabbut dari perencanaan semula. Orang yang pertama, tiba-tiba dapat amanah lain juga di bidang siyasi. Orang yang kedua minta izin pulang kampung setelah selesai kepengurusan ini. Karena daerah tempat tinggalnya (tepatnya kampung halamannya) membutuhkan kader dakwah yang bisa diterima di sana. Beliau satusatunya kader dakwah yang bisa masuk di sana kata orang langitan… kata siapa ya… Orang yang ketiga barusan yang minta maaf itu. Uf … dia datang … ntar ane lanjutin lagi (23.20)

(09.00 12 Jumadil Ula 1425 H/30 juni 2004M) Orang keempat Ane tak sampai hati untuk membicarakan kondisinya saat ini. Ia senasib dengan Ane. Sama-sama Ghuroba. Sehingga kami cepat klop satu sama lain. Insya 4JJI beliaulah yang akan melanjutkan estafet ini kelak. Afwan namanya masih RHS. Tapi antum semua mungkin dah dapat menebak-nebak siapakah dia … ?

Abu Jundii Markazud Jihad 12 Jumadil Ula 1425 H/ 30 Juni 2004 M (10.24 WIB)

Tidak ada komentar:

SPIRIT DAKWAH