Rabu, 20 Agustus 2008

"Pancasila Tidak Membentuk Karakter Pribadi yang Pancasilais"

Bahana Mahasiswa-Desember 1998

Bincang-bincang Bersama

Dian Sukheri: Ketua Umum KAMMI Daerah Riau 1998-2000


Sejak Pancasilaa diterapkan sebagai ideologi dan alas tunggal bag Orsospol dan Ormas.di negeri ini,,berbagai masalah muncul. Mulai dari tragedi Tanjung Priok, Haur Koneng,.Peristiwa Lampung, pecahnya HMI, NU dan PPP serta terkooptasinya ummat Islam. "Telah ribuan nyawa melayang sebagai tumbal diterapkannya Pancasila sebagai azas tunggal," kata Dian sukheri; Ketua Umum KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Daerah Riau.

Selain itu, penerapan Pancasila sebagai asas tunggal jugs telah dimanfaatkan oleh Rezim Soeharto untuk mempertahankan kekuasaannya. Bagaimana-posisi Pancasila dalam konstitusi dan dalam upaya demokratisasi? Bagaimana pelaksanaan BP7 dan P4, serta apa solusinya setelah penataran P4 dihapuskan? Ikuti pandangan Dian Sukheri yang juga mantan Ketua Umum UKM Rohis Unri ini kepada Ridho Muhajir, NZ, dan Doni Fajri dari Bahana Mahasiswa dengan mahasiswa Fisipol kelahiran Batu Rijal, 2-September 1975.

Kenapa pada 5 November lalu, KAMMI Riau melakukan demonstrasi menuntut pencabutan Pancasila sebagai asas tunggal?

Masalah asas tunggal kalau kita lihat setelah bergulirnya reformasi, merupakan agenda utama yang harus dikerjakan oleh bangsa. Agenda remformasi terpenting dalam skala ununat Islam di Indonesia yang mayoritas, salah satunya adalah penghapu­san asas tunggal bagi organisasi massa atau pun partai politik. Karena salah satu dari sekian banyak penyebab dari terkooptasinya atau termarjinalisasinya ummat Islam dari peran politik di kancah nasional adalah asas tunggal.

Karena itu, kalau masih saja ada upaya sepertini di negara yang ingin menerapkan sistem dcmokratisasi yang baik, maka akan sulit kita menginginkan hal itu. Ini hukan semacam hal yang emosional atau hanya ingin mencari perhatian, tapi sudah merupakan suatu agenda mendesak ummat Islam Indonesia.

Bukti terkooptasinya Umat Islam dengan penerapan asas tunggal itu apa?

Sejarah telah mencatat beherapa kasus besar sampai saat sekarang belum terungkap. Kita ketahui kasus Tanjung Priok yang menghabisi nyawa ratusan umat Islam, kasus Lampung, kemudian di Haur Koneng, itu adalah suatu reaksi dan tanggapan dari kaum Muslimin atas diterapkannya asas tunggal, semua itu merupakan sesuatu yang harus kita bayar mahal dari perjuangan yang kita lakukan untuk menentang asas tunggal agar tidak diterapkan. Itu baru dari sisi umat Islam yang terbunuh.

Kemudian , dari sisi lain, kita lihat peranan organisasi sosial-politik juga mulai terkooptasi seperti pecahnya HMI, karena asas tungal.. Kemudian Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga pecah. Nahdatul Ulama (NU) juga pecah akibat penerimaan mereka terhadap azas tunggal yang dipaksakan rerim orde baru. Nah, sekarang kalau itu juga masih diterapkan herarti kita masih in-in mengulangi sejarah masa lalu yang sangat kelam.

Anda pernah mengatakan Pancasila sebagai ideologi tidak sesuai lagi dengan bangsa Indonesia. Apanya yang tidak sesuai?

Pancasila kalau kita jadikan sabagai satu­-satunya asas ini yang mungkin perlu dicermati. Kita mengakui Pancasila scbagai dasar negara, dan ummat Islam menghargai perjuangan yang dilakukan oleh orang­-orang yang meletakkan dasar-dasar negara ini sebagai pilar berdirinya negara. Tetapi ketika ummat Islam dipaksa untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas, ini memberikan dampak psikologis.

Di satu sisi dikatakan Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, tetapi justru menciptakan suatu kondisi di mana Islam bertentangan dengan Pancasila. sehingga ketika ada orang yang membentuk suatu organisasi atau kekuatan politik yang mengunakan asas Islam, mereka dianggap bertentangan dengan negara, dianggap militan dan fundamentalis. Jadi, ada tekanan psikologis sehingga kesannya Islam itu bertentangan dengan Pancasila, dan itu yang tidak kita inginkan. Padahal Islam tidak bertentangan dengan Pancasila

Jadi, dengan perlakuan pemerintah yang terkesan menekan itu, Islam terkesan itu bertentangan dengan Pancasila, berarti pemerintah menempatkan Islam dan Al Qur’an berada di bawah Pancasila?



To Continued.............

Tidak ada komentar:

SPIRIT DAKWAH