Selasa, 19 Agustus 2008

IZINKAN AKU BERTUTUR 09


Bismillahirrahmanirrahiim

Puasa Sebagai Sarana Tarbiyah Untuk Mencapai Pribadi yang sabar

( Refleksi Acara Ifthor Jama’I di komisariat UIN Sabtu 25 Oktober 2004 )

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “ Tuhan kami adalah 4JJI,” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka ( dengan mengatakan) : “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; Dan bergembiralah kamu dengan ( memperoleh ) sorga yang telah dijanjikan 4JJI kepadamu ( Q.S 41 Al-Fushshilat : 30)

Alhamdulillah. Ada perasaan gembira dan Roja’ (harapan yang besar) di saat kita dapat menjalani kegiatan ibadah di bulan Ramadahan. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada 4JJI dan mentarbiyahdiri kita untuk menghilangkan berbagai sifat yang buruk dan jahil dari kita. Dimana 4JJI SWT melipatgandakan nilai pahala pada bulan mulia ini. Yang mana ibadah sunnah disetarakan dengan amalan wajib. Dan amalan wajib dilipatgandakan sampai 70 derajat.

Namun, kita juga sedang berada dalam keadaan yang berduka, haru dan Khauf (ketakutan yang mendalam) karena tindakan zhalim orang-orang yahudi, nasrani salibis dan orang-orang musyrik terhadap sesama muslim dibelahan bumi yang lain. Palestina, Irak, Bahkan Thailand serta Bumi Islam yang membara lainnya. Semoga kesabaran memberikan hembusan angin yang melembutkan dan menentramkan perasaan dan melapangkan dada serta meluapkan semangat untuk selalu membela agama yang haq yaitu al-Islam yang mulia.Amien.

Sabar adalah kata yang sangat berat aplikasinya. Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat berkeinginan menuliskan semua apa yang saya dengarkan. Saya sangat berharap semua yang saya dengar juga dapat dinikmati oleh orang yang lain. Terutama sekali orang-orang yang saya cintai di jalan dakwah ini. Semoga semua yang saya tuliskan dapat menambah ladang amal, dianggap 4JJI sebagai amalan yang baik yaitu menyebarkan ilmu di hadapan para manusia. Amien.

Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.

Tidak dipungkuri lagi dalam pandangan kita sebagai kader dakwah bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Ia tidak akan pernah diam karena diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Seorang mukmin akan terus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu kita ingat dalam sanubari yang paling dalam bahwa 'nganggur' dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan banyak ayat maupun hadits yang memotivasi agar selalu berbuat dan berupaya untuk menghindari diri dari sikap malas dan lemah. Malas dan lemah berbuat dianggap sebagai sikap dan sifat buruk yang harus dijauhi orang-orang beriman. Jangan Pernah Lelah Beramal

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain". (Q.S. Al Insyirah: 7)

Mengingat tugas dan tanggung jawab yang kita emban sangat besar dan masih banyak agenda yang menanti untuk diselesaikan maka segeralah untuk menyiapkan diri menunaikannya. Rasanya perlu dicamkan dalam benak pikiran kita akan nasehat syaikh Abdul Wahab Azzam:

'Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukkan dengan hal-hal kecil'.

Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam pandangan Islam setiap amanah merupakan sesuatu tugas yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak dapat menunaikannya dengan baik. Inilah kesempatan emas bagi kita untuk mengukir ukiran terindah dalam hidup kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi berikutnya. Inilah saat yang tepat bagi kita mengukir prestasi. Pergunakanlah sebaik-baiknya agar kita memiliki investasi besar dalam dakwah ini.

Maka disaat itulah kita membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Bulan mulia ini adalah bulan tarbiyah. Tarbiyah untuk membentuk kesabaran yang paripurna. Ustadz Yusuf al- Qaradhawi pernah mengatakan :

“ Kesabaran dalam peperangan adalah keberanian

kesabaran dalam kesulitan adalah ketabahan

kesabaran dalam kekurangan adalah merasa cukup

kesabaran dalam kelapangan adalah kesyukuran ….

Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.

Orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “ Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un “ ( Sesungguhnya kami adalah milik 4JJI, dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nya akan kembali) (Q.S al-Baqarah : 155-156)

Disaat musibah datang menerpa. Mimik airmuka segera berubah. Ada kegelapan bagaikan kepingan malam disana. Ada mendung seperti awan hitam yang menggantung. Seakan sebentar lagi kilat akan menyambar dan petirpun menggelegar di dalam jiwanya. Menyambut hujan airmata yang akan tertumpah ruah. Sehingga banjirlah dadanya dengan kesedihan. Terasa sempitlah dunia dengan segala isinya. Seakan sudah kehilangan segalanya.

Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah

Maukah engkau merasakan dengan tenang, mengikuti dengan lembut sebuah perjalanan kehdupan manusia-manusia yang penuh kesabaran? Ada Rasulullah Muhammad Saw. ….!!! Bercerita tentang Muhammad Saw, bagai bercerita tentang samudera yang luas membentang. Bagaikan bercerita tentang langit dengan gugusan bintang-bintangnya.

Bagaikan bercerita tentang taman bunga dengan aneka kembang yang indah di dalamnya. Harum mewangi membawa kesegaran. Petiklah setangkai tempatkan di pajangan bunga jiwa sehingga mata hati kita menjadi tenang saat memandangnya, dengan penuh kerinduan untuk bertemu dengannya.

Perasaannya selembut angin pesisir yang semilir. Tubuhnya kokoh bagaikan batukarang di tengah hantaman ombak dan badai cobaan kehidupan. Kehidupan yang mulia dan penuh perjuangan. Kehidupan yang dihiasi birunya rindu dan hitam pekatnya kedukaan. Kehidupan yang penuh dengan kesabaran dan tawakkal. Betapa mempesonanya kalau kita bisa menyelami mutiara keindahan perilakunya. Ucapan dan sikapnya bagaikan air yang menghidupi tanah yang kering. Menumbuhkan bibit-bibit pengharapan. Membawa buah keberkahan dan cinta. Sehingga sampai melewati batas waktu dan keturunan.

Pernah Umar Ibnu Khattaab dan beberapa sahabat menunggunya di suatu tempat. Ia menangis tersedu-sedu. Lupa dengan keadaan sekelilingnya. Sehingga angin seakan diam melihatnya. Pasir-pasir muram karenanya. Tumpah ruah airmatanya. Para sahabatnya seakan tidak percaya, seorang panglima yang gagah itu menangis. Muhammad menghapus airmatanya lalu menghampiri para sahabatnya yang telah lama menunggunya.” Mengapa engkau menangis! “Tanya umar penuh curiga. “ Sehingga sampai-sampai kami ketakutan dan ikut menangis pula.” Sambut Umar sambil mengusap airmatanya.

“Kalian takut mendengar tangisanku?” para sahabat mengangguk dengan serta merta. “Itulah makam ibuku, aku sangat mencintainya.” Kehilangan dan kerinduan terhadap orang yang kita cintai boleh saja. Tapi jangan sampai merusak jiwa. Karena itu adalah kewajaran sebagai seorang insan yang lemah. Namun setelah itu Rasulullah tampak sangat ganas kepada musuh-musuhnya bagaikan badai dengan gelombang yang menggulung. Disinilah terletak jejak-jejak kesabaran itu. Akan meninggalkan guratan keindahan ukirannya bagi tapak sejarah kehidupan. Kehidupan dalam perjalanan panjang perjuangan, menyusuri jalan yang mendaki, berduri dan berat. Wallahu’alam

Abu Jundii ( HUD-HUD) Markazud Jihad 23 Ramadhan 1425 H/

6 November 2004 M Sabtu 16.00 WIB

Tidak ada komentar:

SPIRIT DAKWAH